Retrowave Berujung Sawang Sinawang

Retrowave Berujung Sawang Sinawang

Sekitar dua minggu yang lalu, dan seperti biasa ketika sedang bosan dengan playlist saya sendiri. Biasanya, bakal nyoba denger sembarang lagu dengan kata kunci yang random. Entah bagaimana detail algoritmanya, pada akhirnya saya menemukan lagunya The Midnight yang berjudul Sunset. Lumayan enak didengar saat chill, tapi juga memberi hentakan semangat. Khas musik elektronik/dance. Lebih spesifik, ternyata band ini bergenre synthwave atau retrowave. Genre yang tumbuh karena perkembangan teknologi, namun juga menangkap atmosfer era 80 atau 90an. Sehingga, terkesan modern, sekaligus memberi efek nostalgia. 

Tak berhenti di situ. Kerandoman ini ternyata membawa saya untuk kepo dengan sebuah film. Karena, kebetulan klip dari lagu yang saya dengar dan tonton di youtube ini, sepertinya non-officially. Bukan bandnya sendiri yang mengupload. Klip yang ada, setelah saya telusuri, adalah diambil dari cuplikan film berjudul Career Opportunities. Film ini rilis pada tahun 1991. Cocok sih. Suasana retronya jadi semakin ke-hightlight di lagunya. 

Sekali sruput, dua tiga gelas terlampaui. Niat denger lagu, dapet rekomendasi film pula. Akhirnya, karena tertarik, film ini juga masuk dalam waiting list. Dan selang beberapa hari, benar-benar saya tonton. 

Meskipun judulnya terdengar ngebosenin, seperti judul buku self-improvementCareer Opportunities sama sekali ngga ngebosenin. Sepanjang 82 menit, Film bergenre komedi-romantik ini cukup menghibur. Dan lumayan buat mengisi kekosongan hati saya, yang belum tertoreh. Wee lha. Tapi secara keseluruhan, untuk ukuran film lawas, jauh dari kata mengecewakan. Ditambah, selera saya akhir-akhir ini sedang butuh yang sederhana-sederhana. 

Kisah dua sejoli, Jim dan Josie yang memiliki latar belakang yang berbeda, menjadi salah satu dasar film ini. Agaknya klise, cinta dengan perbedaan kelas sosial. Namun, cerita yang dibawakan tidak seberat itu. 

Sejak awal film, saya disuguhi akting tokoh Jim yang sregep ndobosi. Di mana dan kapan saja, Jim selalu membual. Mengarang cerita di hadapan bocah-bocah, berkelit setiap ngobrol dengan orang dewasa di kotanya dan dengan keluarganya sendiri, hingga bertingkah megaloman di depan anabul-anabul sekalipun. 

Walaupun begitu, sepertinya membual sudah menjadi keniscayaan bagi banyak orang. Masing-masing dari kita (dengan ukuran yang beragam) rasanya pernah melebih-lebihkan sesuatu yang dialami. 

Entah agar menarik untuk didengar atau agar dapat simpatik dari lawan bicara. 

Namun, dalam kasus Jim Dodge yang diperankan oleh Frank Whaley ini. Dia memang berbakat dan menjadikan diri sebagai pembual yang kafah. Karena rupanya, ini adalah cara Jim bertahan dari keterpurukan. Upayanya agar tetap merasa nyaman serta terhindar dari rasa minder dengan pemuda lain se-usianya. Dan, paling tidak, merasa tidak kalah. 

Namun keadaan menjadi berbeda ketika Jim berhadapan dengan Josie. Perempuan janggal yang ia temui di sebuah pusat perbelanjaan tempat ia pertama kali bekerja sebagai seorang cleaning service. Hanya ada mereka berdua di momen itu. Yang seharusnya Jim hanya sendiri, karena ia berkerja shift malam, dan toko sudah tutup. 

Singkat cerita. Pada suatu adegan, tepatnya setelah mereka berdua makan bersama, nampak begitu kemaki dan tengil, Jim mengisap sebuah cerutu. Melihat itu, Josie jadi bertanya apakah Jim selalu melakukan itu setiap habis makan. Dan, tentu saja Jim mengiyakan tanpa kekurangan percaya diri. Namun, langsung dihantam oleh Josie dengan pertanyaan yang menghujam, “You’re the town liar, right?

Seketika Jim tersentak. Mungkin karena Jim menyadari, ada seseorang yang begitu frontal menyebutnya demikian. Dan, kebetulan realitanya memang begitu. 

Sebaliknya, Josie juga tidak kalah problematik. Meski Josie berasal dari keluarga kelas atas dan ayahnya adalah seorang tokoh terpandang di kota itu. Tidak lantas membuatnya merasa nyaman. Padahal hidupnya bagai putri raja: memiliki paras cantik, kemapanan ekonomi dan memperoleh banyak hal eksklusif lainnya. Namun, Josie merasa selama ini terlalu dikekang atau terkurung. Ayahnya juga adalah seorang pria abusive yang gila hormat. Hidupnya serasa dikendalikan oleh sang ayah.

Hingga pada akhirnya, Josie berniat untuk sengaja mengutil di pusat perbelanjaan, hanya demi mempermalukan dan merusak reputasi Ayahnya. 

Sawang sinawang

Jim keheranan, dengan hidup yang baginya sudah seenak itu, bahkan ia idam-idamkan, Josie malah ingin menukarnya dengan kebebasan. Bahkan sampai melakukan hal bodoh dengan sengaja mencuri barang. Apapun akan dilakukan oleh Josie, demi bisa jauh dari Ayahnya. 

Sedangkan Josie iri dengan Jim yang sebenarnya memiliki banyak kebebasan untuk bisa keluar. Bahkan cenderung layak diusir, karena sampe bapaknya dongkol dan mangkel pun, kok ya… Si Jim yang sudah gerang alias wis gedhe ini, tidak kunjung mencari tempat tinggalnya sendiri (sewajarnya kultur orang barat). Tapi Jim malah tetap memilih jadi anak rumahan. Karena, itulah sumber utama kenyamanannya. Di samping itu, faktor Jim yang juga tidak pernah stabil dalam menjalani pekerjaan semakin memperparah ketidakmandiriannya. 

Setelah 'bersawang-sinawang'. Rupanya, Jim dan Josie, adalah kepingan puzzle bagi satu sama lain. Josie mengaku membawa $52.000 di dalam tasnya. Josie mencoba meyakinkan Jim, agar ia mau pergi bersamanya. Jim memang nyaman di rumah, namun jika ia pergi bersama Josie, itu bakal jadi lompatan yang besar dan hidupnya bisa lebih dinikmati. Apalagi, karir yang pernah dijalani Jim juga tidak pernah jelas. Sedangkan bagi Josie, kehadiran Jim akan semakin mengukuhkan kebebasannya. Dan ternyata kepandaian Jim membual, bisa menyelematkan hidupnya saat sempat menghadapi para perampok. Jadi, tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. 

Film ditutup dengan kalimat salah satu dari tiga anak kecil yang kerap jadi sasaran bualan Jim: "... He's so cool!" Seolah menjadi bukti bahwa bualan Jim hanyalah 'realitas sukses yang tertunda' .

Ternyata, segala sesuatu yang dikatakan tapi belum terjadi adalah omong kosong belaka. Tapi, bagaimana bila sambil dicicil dan akhirnya bisa diwujudkan? Bualan bakal ter-cancel dengan sendirinya si.

Btw, saya pangling pemeran Josie McClellan itu adalah Melanie Cavill (Jennifer Connelly) di Serial favorit saya yaitu Snowpiercer. Wuw, Jennifer Connelly pas masih sangat muda, ⁠⁠⁠⁠⁠⁠⁠it's something else... 

#Review Film

Index

Berita Lainnya

Index