5 Cerita Gila, Mereka yang Ingin Memodifikasi Cuaca, dari Memindahkan Tanah, hingga Melakukan Pencurian Awan

5 Cerita Gila, Mereka yang Ingin Memodifikasi Cuaca, dari Memindahkan Tanah, hingga Melakukan Pencurian Awan
Pencurian Awan Besar-besaran via listverse.com
JEVPEDIA.COM - Sepanjang sejarahnya, manusia telah mencoba mengendalikan kekuatan dan proses alam secara berulang-ulang. Dan dalam hal ini, pertanian hanyalah salah satu contohnya. Dari sini kita belajar bahwa dengan bertani kita dapat mengendalikan sumber makanan dengan cara kita sendiri daripada sebaliknya harus mati-matian berburu dan da menghabiskan cukup banyak energi dalam mencari makanan.
Namun, tetap saja hingga kini, salah satu kekuatan alam yang belum bisa kita umat manusia jinakkan adalah cuaca yang kemudian tentu saja sangat memengaruhi pertanian. Namun begitupun bukan berarti kita sama sekali tidak mengerti bagaimana untuk mampu bersaing dengan cuaca, kita bahkan telah mencetak beberapa skor dalam kegiatan ’melawan’ seperti menemukan cara untuk melindungi diri atau bangunan dari cuaca atau bahkan telah menghasilkan lingkungan alam tersendiri di dalam sebuah bangunan.
Namun begitupun jauhnya kita telah melangkah, namun tetap saja kita masih bergantung pada sistem iklim dan cuaca di Bumi, seperti kekeringan dan musim hujan. Sementara itu, semakin jauhnya kita sebagai manusia melangkah untuk meniru cuaca di bumi, nyatanya benar-benar ada di antara kita yang mampu membuat sebuah aplikasi untuk tujuan memodifikasi cuaca secara signifikan.
Sebagai contohnya, militer Amerika bahkan diketahui pernah menciptakan hujan buatan selama Perang Vietnam, dan Negara China yang berusaha mengendalikan cuaca untuk kelancaran event Olimpiade 2008.
Jika kamu penasaran, sejauh apa kita melangkah dalam ‘bermain-main’ dengan cuaca, berikut kami telah merangkum 5 modifikasi cuaca paling aneh dan menakjubkan yang pernah dilakukan oleh manusia.

1. Tembakan dan Keributan Untuk Menghentikan Hujan Es

Tembakan dan Keributan Untuk Menghentikan Hujan Es
Badai es memang dapat dengan mudah menghancurkan ladang tanaman. Bahkan di zaman kuno, beberapa orang menyadari bahwa mereka tidak bisa menghilangkan hujan es ini dan berpasrah dengan takdir di depan matanya.
Namun faktanya, kode hukum Romawi kuno yang disebut “Dua Belas Lauh Batu” telah melarang penggunaan takhayul dalam usaha melawan hujan es. Namun secara teknis, hukum itu tidak mengatakan apa-apa tentang melawan dan menghiangkan hujan es dengan menggunakan senjata dan suara.
Dan inilah yang kemudian memulai tradisi baru untuk merubah cuaca meskipun ada undang-undang yang mengikat orang tertentu menghentikan melakukannya. Pada tahun 789, Charlemagne (alias Charles The Great), raja kaum Frank, diketahui berusaha melarang orang membunyikan lonceng gereja dan memamerkan meja doa setiap kali ada hujan es. Kebiasaan ini kemudian terus berlanjut, dan kali ini orang-orang mulai menggunakan senjata, dan salah satunya yaitu menembakkan panah ke awan. Sementara itu, ketika bubuk mesiu tersebar luas, meriam, senapan, dan senjata berat lainnya makin menjadi hal favorit yang digunakan untuk ‘melawan’ hujan es.
Pada 1750, Kekaisaran Austria yang awalnya melarang kegiatan ‘melawan’ alam ini kemudian menyerah dan mulai melakukan ekspresimen aneh mereka dengan menghentikan hujan es menggunakan tembakan mortir besar ke awan.

2. Tanam Pohon, Bakar, dan Ulangi Kembali

Tanam Pohon, Bakar, dan Ulangi Kembali
Pada tahun 1836, James Pollard Espy, ahli meteorologi resmi pertama pemerintah Amerika, menemukan jawaban atas pertanyaan tentang bagaimana menyebabkan badai parah, yaitu dengan cara membakar barang-barang.
Teorinya James pada dasarnya adalah kepercayaan bahwa badai diciptakan oleh udara panas yang naik dalam kolom udara yang kemudian akan menghasilkan curah hujan. Membuktikan teori tersebut, James pun memulai eksperimentnya dengan menanami hutan pepohonan yang membentang dari utara ke selatan di negara bagian barat Amerika.
Rencananya, ruas-ruas pepohonan di hutan ini nantinya dapat dibakar jika dikehendaki dan diminta oleh para petani yang saat itu tengah membutuhkan hujan. Namun teori gila dan beresiko James ini pun ditolak mentah-mentah oleh pemerintah, meskipun permintaan tersebut telah diutarakan olehnya sesopan dan semasuk akal mungkin – tentu saja sesopan apapun cara penyampaiannya, membakar hutan dalam jarak cukup lebar masih terdengar gila – ya tentu saja.
Bahkan untuk membantah teori dari James, beberapa ilmuwan memilih untuk menunjukkan bukti sebaliknya bahwa kebakaran hutan yang terjadi sepanjang waktu kerap kali tidak menciptakan curah hujan, sebagaimana yang diklaim oleh James.
Namun walaupun begitu, tetap saja ada beberapa orang yang mulai percaya dan tertarik bahwa metode James akan berhasil dan memberikan kekuatan kepada pemerintah untuk mulai mengendalikan cuaca. Kepercayaan ini salah satunya berasal dari Senator John Crittenden dari Kentucky yang mengeluarkan statement bahwa,
“Kika dia memiliki kekuatan untuk menyebabkan hujan, dia mungkin juga memiliki kekuatan untuk menahannya."
Sehingga pada dasarnya, banyak orang yang menduga bahwa James akan berubah menjadi diktator cuaca yang gila jika rencana egoisnya tersebut dapat dengan mudah disetujui oleh pemerintah.

3. Senjata Pembuat Hujan

Senjata Pembuat Hujan Adalah Pistol Steiger Vortex, yang dirancang sedemikian rupa oleh Albert Steiger, yang ditujukan untuk menjadi sebuah perangkat logam setinggi 5 meter (16,4 kaki) yang berbentuk seperti es krim. Pistol itu dirancang untuk menghasilkan getaran yang cukup kuat hingga mampu menghancurkan hujan es dan menyebabkan hujan.
Senjata aneh ini nyatanya pernah digunakan di Austria dengan tujuan mulia untuk melindungi daerah para petani penghasil anggur. Clement Wragge, seorang ahli meteorologi pemerintah di Australia, bahkan mengatakan bahwa dirinya terkesan dengan teknologi tersebut dan memutuskan untuk membawa dan memperkenalkan teknologi itu kembali ke tanah airnya.
Enam senjata tersebut kemudian ditempatkan di Charleville pada bulan September 1902. Namun sayangnya, meskipun telah menembak secara berulang kali pada interval dua menit, tetap tidak ada hujan yang dihasilkan.
Yang lebih menyedihkannya lagi, satu-satunya hal yang berkurang dan tampak sangat berkurang drastis adalah kepercayaan masyarakat terhadap keabsahan karir Wragge di bidang meteorologi.

4. Memindahkan Tanah

Memindahkan Tanah
Pada akhir tahun 1912, Kutub Utara dan Kutub Selatan masih populer dianggap sebagai musuh. Menurut The New York Times – yang tampaknya hanya berusaha memanasi situasi yang telah panas – bahkan mengatakan bahwa, kita perlu mengakhiri ”ancaman gunung es”.
Hal ini cukup masuk akal mengingat peristiwa kapal Titanic yang tenggelam pada bulan April lalu di tahun yang sama, jadi mungkin cukup dapat dimengerti mengapa permusuhan dan rasa ketidaksukaan tersebut dapat muncul begitu saja.
Sementara itu adalah Carroll Livingston Riker, seorang insinyur dari New York, yang cukup percaya diri karena memiliki rencana senilai $190 juta. Dalam rencananya tersebut dirinya diketahui ingin mengubah rute Gulf Stream dengan membangun dermaga sepanjang 320 kilometer (200 mil) ke arah timur dari pusatnya di Newfoundland.
Sebagai efeknya, pembangunan dermaga yang cukup panjang ini nantinya akan menghalangi Arus Labrador yang dingin dan memindahkannya posisinya ke timur untuk bertemu dengan Arus Teluk (yang bergerak ke utara) di perairan dalam.
Dengan mempercayai teori bahwa air hangat lebih ringan daripada air dingin, sehingga air hangat dapat melakukan perjalanan yang lebih jauh—sekitar 645 kilometer (400 mil) ke utara untuk menghangatkan arus tersebut. Menurut teori Riker, hal ini akan mencairkan lapisan es yang tebal di Greenland dan menggeser poros Bumi.
Namun segila kedengarannya, pada akhirnya tidak ada orang cukup waras yang memilih untuk merepotkan diri mereka mengikuti recana dari Riker. Dan es kutub pun masih aman sentosa hingga hari ini.

5. Pencurian Awan Besar-besaran

Pencurian Awan Besar-besaran
Pada tahun 2018 lalu, terjadi sebuah kasus unik dimana Iran menuduh Israel mencuri air dari awan mereka, sebelum awan tersebut mencapai negara Iran. Saat itu, Brigadir Jenderal Gholam Reza Jalali, kepala Organisasi Pertahanan Sipil Iran, menyatakan bahwa,
“Kita dihadapkan pada kasus pencurian awan dan pencurian salju.”
Dirinya juga merujuk pada penelitian yang menyimpulkan bahwa semua dataran tinggi di atas 2.200 meter (7.200 kaki) dari Mediterania ke Afghanistan—kecuali yang ada di Iran—telah menerima hujan salju. Namun seaneh kedengarannya, untung saja, Ahad Vazife dari Organisasi Meteorologi Iran turun tangan untuk menghentikan permasalahan ini dan mencegahnya menjadi lebih buruk dan konyol.
Vazife menunjukkan bahwa jika sebuah negara dapat membajak awan, maka AS tidak akan menderita kekurangan air. Karena menurut Vazife, hanya Amerika lah yang mampu untuk mencuri curah hujan negara lain.
(Sc : listverse.com)

Berita Lainnya

Index